Tahun Politik, Tahunnya PeDeKate



Akhirnya nulis lagi diblog ini nih, setelah 3 tahun gak nulis akhirnya nih jari & pikiran gak kuat juga nahan nafsunya haha. Baiklah saya turutin nafsunya yah, biar tersalurkan hha. Jadi maaf aja nih kalo tulisan yang pertama di tahun 2018 ini nih masih kurang bagus, ya wajarlah masih kaku untuk nulis lagi hehe. Baiklah, biar gak kebanyakan basa basi nih langsung ke topic yang akan kita bahas aja yah...

Kali ini saya akan menulis tentang Tahun Politik. Yup, lumayan serius sih pembahasannya hehe, ya mumpung lagi hangat hangatnya nih. Sambil baca nih blog siapin dulu kopi & cemilan biar gak ngantuk haha, blog ini biasanya ngebosenin tapi ngangenin haha (bercanda). Eh gak jadi jadi nih seriusnya? okelah langsung aja nih ya...

Tahun Politik, mungkin yang sering baca, nonton, dengerin berita pasti gak asing mendengar “Tahun Politik”. Tahun politik sekarang bertepatan di tahun 2018-2019. Disebut tahun politik karena ditahun 2018-2019 Indonesia menyelenggarakan pesta demokrasi diawali pilkada serentak di tahun 2018, dan menyusul Pemilu di tahun 2019. Akan ada kurang lebih 171 daerah yang menjadi wahana pertarungan politik secara serentak di bulan juni 2018. Dengan rentang waktu yang boleh dikatakan gak terlalu lama, rakyat Indonesia kembali menyelupkan jari manisnya ditinta basah sebagai tanda telah memberikan hak suaranya di Pemilu 2019 yang akan diselenggarakan di bulan april 2019. Direntang tahun 2018-2019 inilah suhu politik dinegeri ini akan memanas, akan banyak drama politik yang akan dipertontonkan aktor-aktor politik dinegeri ini.

Sama halnya dengan film drama yang ada intrik atau konfliknya. Drama politik dinegeri ini pun akan berhias intrik atau konflik yang lahir dari pergesekan antar aktor politik. Beragamnya suku bangsa di negeri ini pun coba dimanfaatkan oleh kelompok kelompok politik tertentu untuk memanaskan suhu perpolitikan di negeri ini. Tidak jarang kita melihat akhir-akhir ini isu ras suku agama dijadikan peluru untuk menjatuhkan lawan politiknya. Memang untuk mendapatkan hati rakyat dengan keberagaman di negeri ini sangat sulit. Rakyat punya dasar masing-masing dalam memilih pemimpin atau wakilnya di parlemen. Oleh sebab itulah, berbagai cara pun dicoba untuk menarik perhatian rakyat. Baik dengan cara yang wajar sampe yang tidak wajar. Memang semua ini merupakan proses pendewasaan demokrasi di negeri ini, tapi kalau dilihat dari sisi menggunakan segala cara dengan memanfaatkan isu isu ras suku agama bukan merupakan bagian pendewasaan demokrasi itu sendiri, malah menjadikan demokrasi di negeri ini tercoreng.

Semakin melihat proses demokrasi saat ini, semakin jelas kita melihat rakyat sudah semakin melek dengan politik. Melek politik bukan berarti cerdas atau benar-benar paham dengan politik tapi hanya sekedar tahu. Saya mengatakan hanya sebatas tahu karena kita melihat masih dengan mudahnya dipengaruhi dengan isu-isu yang diangkat kelompok tertentu untuk menjatuhkan lawan politiknya. Rasanya tidak cukup hanya sekedar menebar janji politik saja untuk rakyat saat ini, tapi butuh pendidikan politik yang nyata dan positif kedepannya. Hal ini sangat penting demi keberlangsungan proses demokrasi di negeri ini agar tidak mewariskan budaya politik yang negative kedepannya.  Intinya, rakyat butuh aktor politik yang mendidik rakyatnya berpolitik dengan benar bukan menjerumuskan ke sisi negatifnya. Ibaratnya pacaran masa sih ngasih pengaruh negative ke pasangannya.  Namanya hubungan kan sebaiknya saling support & ngasih pengaruh yang positif. Loh, kok bahas pacaran aja haha, jangan baper ya yang jomblo atau yang belum pernah ngerasin proses deketin gebetannya, mana tau tulisan ini ngasih inspirasi proses PDKT gebetannya.  

Tahun Politik, Tahunnya PeDekate. Ya kalau anak jaman now pasti taulah proses PDKT/Pendekatan ke gebetannya gimana kan, nah disini dalam artian proses pendekatan aktor politik & kelompoknya ke rakyat untuk mendapatkan suara demi memperebutkan kursi pimpinan di pemerintah daerah, parlemen & istana. Pesta demokrasi memang tidak lepas dari proses pendekatan aktor politik ke rakyatnya, proses inilah yang banyak disalahgunakan oleh aktor politik dan kelompoknya demi mendapat perhatian. Penyalahgunaan dalam artian pencitraan yang berlebihan, mengangkat berbagai isu demi menjatuhkan elektabilitas lawan politik, politik uang dll. Sama halnya dalam proses pendekatan cewek & cowok demi menjalin hubungan, ngebet sih sah sah aja, tapi jangan terlalu berlebihan sampe segala cara pun dicoba, dukun pun bertindak haha.  

Buruknya proses pendekatan aktor politik di negeri ini hanya sebatas kepentingan politik semata tanpa memandang kebutuhan jangka panjang untuk rakyat dan realisasi janji politik pasca pesta demokrasi berlangsung. Kenyataannya rakyat akan ditinggal & tidak dilirik lagi ketika kepentingan politiknya telah tercapai. Sebagai rakyat mungkin kita merasakan perhatian yang lebih ditahun politik akan berbeda dengan perhatian yang diberikan pasca pilkada & pemilu berlangsung. Kebiasaan inilah yang menyebabkan hilangnya kepercayaan rakyat kepada aktor politik & kelompoknya bahkan lebih buruknya bisa menimbulkan sikap apatisme politik. Mungkin saran aja nih untuk aktor/elite politik yang akan atau lagi proses pendekatan, ini nih saran dari penulis yang hanya butiran debu di dunia perpolitikan Indonesia:

1.   Jangan obral janji, berikan janji politik yang nyata dan sesuai kemampuan. Jangan terlalu dipaksakan bisa menyulap semua kebutuhan rakyat, karena rakyat suka yang apa adanya, tidak terlalu obral janji sana sini tapi kenyataannya gak akan terealisasi janji politiknya.

2.   Jangan safari politik yang berlebihan. Memang penting untuk melakukan safari politik dengan maksud untuk merebut suara di daerah atau pelosok negeri dan mengetahui permasalahan yang terjadi di daerah tsb. Tapi kenyataannya safari politik hanya bersifat bagi-bagi sembako,pendekatan dengan tokoh masyarakat, hiburan rakyat, dan menyebar janji politik belaka karena  setelah berlangsungnya pilkada atau pemilu akan jarang kita melihat aktor politik itu kembali lagi apalagi janji politik belum terealisasi. Alangkah baiknya safari politik dijadikan sarana pendidikan politik. Karena pendidikan politik akan lebih bermanfaat untuk masyarakat dalam menentukan pilihannya.

3.  Ciptakan hubungan yang berkelanjutan bukan sekedar hubungan jangka pendek dalam konteks sekedar kepentingan politik saja. Sehingga akan lahir aktor politik yang siap membantu & memberikan solusi berbagai permasalahan di tengah masyarakat disaat terpilih atau tidak terpilih.

4.   Jauhkan niat untuk berhubungan dengan berbagai tokoh masyarakat dengan orientasi untuk membangun manuver politik untuk kekuasaan belaka.

5.    Jauhkan pola pikir yang terlalu simple untuk mendapatkan kekuasaan dalam artian merebut kekuasaan hanya sebatas nilai materi yang tersalurkan ke masyarakat. Seperti membeli suara dengan bagi bagi sembako, uang, pembanguan masjid, perbaikan jalan, perbaikan infrastruktur dll dalam proses pendekatan.  Boro boro membuat keputusan politik dari aspirasi masyarakat, yang ada aktor politik terjebak dalam pemberian bantuan atau sumbangan dengan biaya yang tinggi. Ujung ujungnya timbul niat balikin modal lagi ntar, eh korupsi lagi deh. Ingat ya, ini bukan CSR sebuah perusahaan, rakyat butuh aktor politik yang benar-benar bisa memecah permasalahan & memberikan solusi yang nyata.

6.  Jangan pernah mengumbar kekurangan lawan politik di depan masyarakat karena akan memberikan contoh yang  tidak baik ke masyarakat. Karena setiap kepemimpinan pasti ada kurang dan lebihnya, tidak akan ada yang sempurna. Apa mau disaat kita duduk jadi kepala daerah dibandingkan dengan yang sebelum-sebelumnya?cukup pahami  kekurangan yang sebelumnya dan cari solusinya, toh tujuannya juga satu untuk membangun Indonesia yang lebih baik.

7.  Nah yang paling penting nih, jangan jadikan isu toleransi & keberagaman sebagai alat propaganda politik, ciptakan semangat Bhinneka Tunggal Ika untuk menekan konflik horizontal ditengah masyarakat yang akhir akhir ini sempat memanas.

Mungkin poin-poin diatas bisa menjadi saran dan masukan untuk elite politik di negeri ini dalam proses pendekatan ke rakyatnya di tahun politik ini, demi keberlangsungan proses demokrasi di Indonesia yang lebih baik lagi kedepannya. Sukses untuk semua pendekar politik dinegeri ini yang lagi proses PDKT dan akan menuju ke arah sana. Semoga tahun politik ini melahirkan pemimpin dan wakil rakyat yang benar-benar berpihak kepada rakyat dan tulus mengabdi untuk bangsa dan rakyatnya.


SHARE ON:

Hello guys, Saya Riyan dista, Thanks ya udah mau berkunjung ke blog yang sederhana ini, dan mohon maaf apabila artikel didalamnya terdapat kesalahan dan tidak menarik.

    Blogger Comment

0 comments:

Post a Comment